Selama ini jika kita mendengar kata batik, maka  yang tergambar di pikiran kita adalah motif parang atau motif klasik lainnya. Hal ini berbeda dengan motif batik yang dibuat mbak Hepy pemiliki Batik Ujung Galuh yang membuat batik dengan motif dan pewarnaan dari sayuran. Tidak heran jika saat memproduksi batik, perempuan lajang ini harus mencari berbagai macam sayur dan dedaunan terlebih dahulu seperti daun papaya, kenikir, sawi dll. Hasilnya juga sangat unik dan cantik karena terkesan alami, dengan warna-warna yang soft dengan aksesn kuat dari serat-serat daun.

UKM Ujung Galuh yang selama ini focus membuat batik jumputan khas Suarabaya dengan teknik lukis dengan tema-tema khasanah Surabaya seperti ombak Kenjerean, Kembang Jepun, dll sekarang menggeliat mengembangkan motif dengan sentuhan eco print, sehingga tidak heran jika guratan warna tajam yang selama ini menjadi ciri khas Ujung Galuh sekarang dibanding dengan warna-warna alam dan motif daun daun asli yang mejadi pola batik.

Hal lain yang juga menggelitik adalah tangan terampil Ibu Peni dari Vitrie Asesoris yang menyulap perca batik sayuran menjadi asesoris yaitu kalung dan bros dengan teknik suspeso dengan nilai jual yang baik. Keberhasilan kedua UKM ini tidak lepas dari peran tiga perempuan penggemar batik yang sekaligus adalah para dosen STIE Perbanas Surabaya, Lindiawati, Linda Purnamasari, serta Dewi Ayu Wulandari. Dengan memenangkan program Hibah Kemitraan Masyarakat dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan-Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat ketiga dosen marketing dan keuangan ini mendorong pengembangan motif dan desain batik serta asesoris UKM, melatih UKM menjual melalui Online serta membenahi pencatatan keuangan UKM.