APR
12

Membedah Kinerja Bank Syariah Di Indonesia

Kamis, 12 April 2018     Dilihat: 10029

Membedah Kinerja Bank Syariah Di Indonesia

Jumlah Bank Syariah naik dari hanya 3 bank pada tahun 2007 menjadi 11 bank pada tahun 2010. Selama periode 2006 hingga 2013 tingkat pertumbuhan kredit rata-rata berkisar pada angka 37 persen dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 36 persen per tahun. Pada periode ini return on assets (ROA) bergerak sekitar 1,5 persen per tahun.

Pertumbuhan kredit dan DPK yang pesat ini tidak lepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan bank yang sesuai dengan prinsip Islam. Sebagian besar pertumbuhan ini berasal dari nasabah Bank Umum Konvensional yang berpindah ke Bank Umum Syariah (BUS). Perkembangan dalam kredit dan DPK Bank Syariah ini dibarengi dengan peningkatan jumah kantor bank. Jumlah kantor pada tahun 2010 meningkat sekitar 3 kali lipat dibanding jumlah kantor pada 2007, yaitu dari 401 kantor BUS menjadi 1.215 kantor BUS. 

Masa-masa keemasan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia seperti yang diuraikan di atas telah berakhir pada tahun 2013. Pertumbuhan kredit BUS yang sangat tinggi selama periode 2007 hingga 2013 tampaknya tidak dibarengi dengan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Non performing financing (NPF) mulai merangkak naik ke atas 3 persen pada tahun 2013, mencapai puncaknya sebesar 4,95 persen pada tahun 2014, dan setelah itu sedikit mengalami penurunan menjadi 4,42 persen akhir tahun 2017. Angka ini jauh diatas NPL bank konvensional yang nilai sekitar 3 persen pada akhir tahun 2017. 

Permasalahan pembiayaan bermasalah di perbankan Syariah bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, berlimpahnya DPK menyebabkan Bank Syariah kelebihan likuditas sehingga mendorong Bank Syariah memperlonggar kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan. Dengan kata lain, Bank Syariah menjadi kurang selektif dalam pemilihan nasabah pembiayaan. Financing to deposit ratio (FDR) Bank Syariah sempat di atas 100 persen pada tahun 2014. Hal ini menandakan bahwa Bank Syariah terlalu ekspansif (over expansive) dalam pembiayaan. Kontributor utama pembiayaan bermasalah pada tahun 2017 adalah pembiayaan bagi hasil, khususnya Musyarakah dengan NPF sebesar 5,79 persen. 

Kedua, pembiayaan Syariah berbasis bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah, tidak bisa lepas dari kondisi sektor riil. Pada saat pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah pada kisaran 5 persen maka secara umum dunia industri lesuh. Pada tahun 2015 – 2017, hal ini khususnya menimpah sektor pertambangan, komoditas dan berbagai industri terkait, seperti alat berat.  

Terakhir, ketersediaan sumber daya yang kompeten. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Bank Syariah memenuhi kebutuhan SDM dengan dua cara, yaitu “membajak” SDM dari bank konvensional dan “memaksa” rekrutan baru untuk menjadi account officer kredit. Perbedaaan dalam prinsip pembiayaan di Bank Konvensional yang menekankan hubungan debitur-kreditur dan pengenaaan beban bunga yang bersifat tetap sangatlah berbeda dengan konsep di Bank Syariah yang menekankan pada hubungan kemitraan (partnership) dan berbagi keuntungan dan risiko atas pembiayaan. Konsep kemitraan ini menuntut staf kredit Bank Syariah untuk sangat memahami proses bisnis nasabah sehingga memberikan alternatif solusi atas permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh nasabah. Kompetensi ini tentu saja tidak mudah dimiliki, terutama oleh pegawai baru.

Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Perbankan Syariah di Indonesia ini juga berdampak pada kebutuhan SDM. Bila sejak tahun 2005 hingga 2015 pertumbuhan SDM di Bank Syariah sekitar 20 persen per tahun maka sejak tahun 2016 hampir tidak ada penambahan SDM. Memperhatikan kondisi ekonomi saat ini yang belum sepenuhnya membaik, pertumbuhan pembiayaan berkisar 10 - 15 persen serta tingkat pembiayaan bermasalah yang saat ini masih tinggi maka selama tahun 2018 diperkirakan tidak banyak terjadi rekrutmen pagawai baru di Perbankan Syariah.

Penulis: Dr. Lutfi (Pengamat Perbankan STIE Perbanas Surabaya)

The Leading Business and Banking School

Kampus Wonorejo : Jl. Wonorejo Utara 16 Rungkut, Surabaya
Kampus Nginden    : Jl. Nginden Semolo 34-36, Surabaya

Telp. (031) 5947151, (031) 5947152, (031) 87863997
Fax. (031)-87862621 WhatsApp (chat) 
085895979800
Email: humas@perbanas.ac.id atau humas@hayamwuruk.ac.id

Ikuti Kami:

Whatsapp
Instagram
Youtube
Facebook
Website
Twitter


Dapatkan Informasi Disini